Selasa, 03 Juli 2012

Definisi, Hakikat, dan Objek Sosiologi

Apa Definisi Sosiologi?
Merumuskan suatu definisi (batasan makna) yang dapat mengemukakan keseluruhan pengertian, sifat, dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat merupakan hal yang tidak mudah. Oleh sebab itu, suatu defini yang hanya dapat dipakai sebagai suatu pegangan sementara saja. Sungguhpun penyelidikan berjalan terus dan ilmu pengetahuan tumbuh kearah berbagai kemungkinan, masih juga diperlukan suatu pengertian yang pokok dan menyeluruh. Untuk patokan sementara, akan diberikan beberapa definisi sosiologi sebagai berikut.

Paritim A. Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari: hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya); hubungan dan pengaruh timbal balikantara gejala sosial dengan gejala-gejala nonsosial (misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya); dan ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.

Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari antara manusia dalam kelompok-kelompok.

William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.

J.A.A. van Doorn dan C.J. Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

Green (1960) dalam Rahardjo (1999) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat dalam berbagai aspeknya.

Priyotamtomo (2001) lebih lanjut mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari perilaku masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup: keluarga, suku, komunitas, pemerintah, organisasi sosial, kelompok ekonomi, kelompok politik, dan lain sebagainya. Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbuhannya serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya.

Emile Durkheim menjelaskan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Paul B. Horton berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

Jhonson, berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa sosiologi atau ilmu kemasyarakatan adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya menurut Sole Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri adalah dalam hal terjadinya perbahan-perubahan di dalam struktur sosial.

Apa Hakikat Sosilogi?
Apabila sosiologi telah ditelaah dari sudut sifat hakikatnya, maka akan dijumpai beberapa petunjuk yang akan dapat membantu untuk menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi itu? Sifat-sifat hakikatnya adalah sebagai berikut.

Pertama, sosiologi merupakan suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerihanian. Kedua, sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif tetapi merupakan suatu disiplin yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi. Ketiga, sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied science). Keempat, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang konkret. Artinya bahwa yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat, tetapi bukan wujudnya yang konkret. Kelima, sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umumndari interaksi antar manusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia. Keenam, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Ciri tersebut menyangkut soal metode yang dipergunakannya. Ketujuh, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya sosiologi mempelajari gejala yang umum ada pada setiap interaksi antarmanusia.

Apa Objek Sosiologi?
Objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoretis angka minimumnya adalah dua orang yang hidup bersama.

Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati. Karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan. Mereka juga merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggta kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.

Manusia senantiasa mempunyai naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Apabila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain  manusia tidak akan mungkin hidup sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan “mati”.

Komponen-konponen masyarakat adalah sebagai berikut.
a.       Populasi, yaitu warga-warga suatu masyarakat yang dilihat dari sudut pandangan kolektif. Secara sosiologis, aspek-aspek sosiologis yang perlu dipertimbangkan adalah: aspek-aspek genetik yang konstan; variabel-variabel genetik; dan variabel-variabel geografis.
b.        Kebudayaan, yaitu hasil karya, cipta, dan rasa dari kehidupan bersama yang mencakupnsistem lambang-lambang dan informasi.
c.            Hasil-hasil kebudayaan materiil.
d.     Organisasi sosial, yaitu jaringan berhubungan antara warga-warga masyarakat yang bersangkutan, yang antara lain mencakup: warga masyarakat secara individual; peranan-peranan; kelompok-kelompok sosial; dan kelas-kelas sosial.
e.            Lembaga-lembaga sosial dan sistemnya.

Ilmu Pengetahuan (Science)

Apakah Ilmu pengetahuan (Science)?
Dalam Soekanto (2009:3) timbulnya sosiologi, semua ilmu pengetahuan yang dikenal pada dewasa ini pernah menjadi bagian dari filsafat yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan (Mater Scientiarum). Filsafat pada masa lalu mencakup pula segala usaha pemikiran mengenai masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia, pelbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat memisahkan diri, yaitu Astronomi (ilmu tentang bintang-bintang) dan fisika (ilmu alam) merupakan cabang-cabang filsafat yang pertama-tama memisahkan diri, kemudian diikuti oeh ilmu kimia, biologi dan geologi. Di ddalam abad ke-19, dua pengetahuan baru muncul, yaitu psikologi (ilmu yang mempelajari perilaku dan sifat-sifat manusia) dan sosiologi (ilmu yang mempelajari masyarakat).

Manusia telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai makhluk yang sempurna dengan kesadaran yang tinggi. Kesadaran manusia itu dapat disimpulkan dari kemampuannya untuk berpikir, berkehendak, dan merasa. Dengan pikirannya manusia akan mendapatkan ilmu pengetahuan, dengan perasaannya manusia akan mencapai kesenangan. Sarana untuk memelihara dan meningkatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika, sedangkan sarana-sarana untuk memelihara serta meningkatkan pola perilaku dan mutu kesenian, de sebut etika dan estetika. Apabila pembicaraan dibatasi pada logika, hal itu merupakan ajaran yang menunjukkan bagaimana manusia berpikir secara tepat dengan berpedoman pada ide kebenaran.

Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis. Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan. Pada hakikatnya ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tau itu timbul karena banyak sekali aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia dan manusia ingin mengetahui kebenaran dari kegelapan tersebut. Setelah manusia memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, kepuasan tadi akan segera disusul lagi oleh suatu kecenderungan tersebut, yang dapat ditempuh melalui pelbagai cara berikut.

Pertama, penemuan secara kebetulan. Artinya penemuan yang sifatnya tanpa direncanakan dan diperhitungkan terlebih dahulu. Penemuan semacam ini, walaupun kadang-kadang bermanfaat tidak dapat dipakai dalam suatu kerja yang ilmiah, karena keadaan yang tidak pasti atau kurang mendekati kepastian.dengan demikian, datangnya pemenuan tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan tidak selalu memberikan gambaran yang sesungguhnya.

Kedua, hal untung-untungan. Artinya penemuan melalui cara percobaan-percobaan dan kesalahan-kesalahan. Perbedaan dengan penemuan secara kebetulan adalah pada metode ini manusia lebih bersikap aktif untuk mengadakan percobaan-percobaan, walaupun tidak ada yang pasti tentang hasil-hasilnya. Biasanya apabila percobaan pertama gagal, diadakan percobaan-percobaan selanjutnya yang bersifat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada percobaan-percobaan terdahulu.

Ketiga, kewibawaan. Yaitu berdasarkan penghormatan terhadap pendapat atau penemuan yang dihasilkan oleh seseorang atau lembaga tertentu yang dianggap mempunyai kewibawaan atau wewenang. Dalam hal ini mungkin tidak diusahakan untuk menguji kebenaran pendapat atau penemuan tersebut yang lazimnya tidak didasarkan pada suatu penelitian atau penyelidikan yang mendalam. Mempercayai pendapat atau penemuan tersebut tidaklah selalu merupakan suatu kekeliruan, akan tetapi kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan selalu ada apabila tidak ditelaah benar-benar secara mendalam.

Keempat, usaha-usaha yang bersifat spekulatif walaupun agak teratur. Artinya dari sekian banyak kemungkinan, dipilih salah satu kemungkinan walaupun pilihan tersebut tidaklah didasarkan pada keyakinan apakah pilihan tersebut merupakan cara yang setepat-tepatnya.

Kelima, pengalaman. Artinya berdasarkan pikiran kritis. Akan tetapi pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. Mungkin pengalaman tersebut hanya untuk dicatat saja.

Keenam, penelitian ilmiah, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan analisis dan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta-masalah yang disoroti untuk kemudian mengusahakan pemecakannya.

Apakah Ilmu-Ilmu Sosial dan Sosiologi?
Ilmu-ilmu sosial dinamakan demikian karena ilmu-ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya. Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat karena ilmu-ilmu tersebut belum lama berkembang, sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah, hingga kini belum dapat diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat secara lebih mendalam. Lain halnya dengan ilmu pengetahuan alam yang telah lama berkembang sehingga mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang teratur dan diterima oleh masyarakat, yang juga disebabkan karena objeknya bukan manusia.

Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang ciri-ciri utamanya yaitu sebagai berikut.
a.     Sosiologi bersifat empiris, yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.
b.     Sosiologi bersifat teoretis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dan hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab-akibat, sehingga menjadi teori.
c.    Sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori yang sudah lama.
d.         Sosiologi bersifat nonetis, yakni yang dipersoalkan bukanlah baik-buruknya fakta tertentu, tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.

Manfaat ilmu-ilmu sosial dan hubungan antara ilmu-ilmu sosial dengan sosiologi adalah sebagai barikut.
a.              Adanya suatu terminologi umum yang menyeragamkan berbagai disiplin perilaku.
b.             Suatu teknik penelitian terhadap organisasi-organisasi yang besar dan kompleks.
c.      Suatu pendekatan sintesis yang meniadakan analisis fragmentaris dalam rangka hubungan internal antara bagian-bagian yang tidak dapat diteliti di luar konteks yang menyeluruh.
d.             Suatu sudut pandang yang memungkinkan analisis terhadap masalah-masalah sosiologi dasar.
e.        Penelitian yang lebih banyak tertuju pada hubungan dari bagian-bagian, dengan tekanan pada proses dan kemungkinan terjadinya perubahan.
f.           Kemungkinan mengadakan penelitian secara operatif dan objektif terhadap sistem perilaku yang berorientasi pada tujuan atau didasarkan pada tujuan, proses kgnitif-simbolis, kesadaran diri dan sosial, tahap-tahap keadaan darurat secara sosial-budaya, dan seterusnya.